Jurnalistik Praktis

Warta, berita, atau kabar, merupakan sebuah fakta. Seandainya sebuah warta, berita, atau kabar tersebut dibangun oleh fiksi, maka itu adalah sebuah karangan.

Sementara Jurnalistik merupakan kata sifat yang menyangkut ke-WARTA-wanan dan persurat-KABAR-an. Maka Jurnalistik esensinya bertalian erat dengan hal-hal fakta.

Hanya karena Jurnalistik ini membangun sebuah warta, berita, atau kabar, maka karangan yang dibangun oleh si pembuat jurnal sepatutnya dihindari, sehingga opini pribadi si pembuat jurnal tidak boleh terlibat di dalamnya.

Untuk itu, warta, berita, atau kabar harus dibangun oleh dua fakta, yakni Fakta Empiris dan Fakta Opini.

FAKTA EMPIRIS

Fakta Empiris merupakan fakta yang dikumpulkan dari hasil pengalaman si pembuat jurnal melalui panca indranya. Salah satu cara untuk mengumpulkan Fakta Empiris ialah dengan melakukan Observasi.

Contoh: Kucing itu melenggang pelan menyeberangi jalan raya yang ramai dan bising. Dari kalimat di atas, si pembuat jurnal menjelaskan fakta dari apa yang ia lihat dan dengar. Bisa kita analisis juga, bahwa si pembuat jurnal memilih kata ‘melenggang’ dan ‘pelan’ pada berita di atas. Ia tidak memilih diksi ‘berjalan’ atau ‘melaju’, atau juga kata kerja yang menjelaskan bahwa kucing tersebut bergerak ke depan.

Pemilihan kata ‘melenggang’ dan ‘pelan’ merujuk pada bagaimana si kucing bertindak begitu ‘santai’. Akan tetapi, si pembuat jurnal menghindari opini pribadinya yang dapat menimbulkan fiksi atau karangan, sehingga ia tidak menulis kata ‘santai’ pada beritanya. Andai ia menggunakan kata ‘santai’, maka beritanya akan seperti ini: Kucing itu melenggang santai menyeberangi jalan raya yang ramai dan bising.

Pada contoh kalimat yang kedua, dapat disimpulkan bahwa si pembuat jurnal telah membangun opini fiksi terkait si kucing. Ia telah “menuduh” si kucing merasa santai saat menyeberangi jalan. Maka ini adalah berita yang salah.

Santai atau tidaknya si kucing, barulah bisa kita ketahui setelah kita melakukan wawancara terhadap si kucing itu sendiri. Sayangnya, si pembuat jurnal tentu saja tidak mampu untuk mewawancarainya. Maka berita tersebut tidak memerlukan sebuah pernyataan dari si pelaku yang melakukan hal tersebut: si Kucing.

Bagaimana jika manusia yang melakukannya? Nah, opini terkait perasaan “santai” ini boleh saja ditulis, asal pernyataan tersebut diucapkan dari yang melakukannya, sehingga inilah yang disebut Fakta Opini.

FAKTA OPINI

Fakta Opini merupakan fakta yang dikumpulkan dari seseorang yang kompeten atas suatu kejadian. Salah satu cara untuk mengumpulkan Fakta Opini ialah dengan melakukan wawancara.

Kembali kepada contoh kalimat di atas, satu-satunya yang mengalami ‘menyeberangi jalan’ ialah si Kucing. Perihal merasa santai, tenang, atau mungkin tidak peduli terhadap jalan raya yang tengah ramai saat itu, merupakan opini si Kucing.

Namun, tentus saja kita tidak memiliki kemampuan untuk mewawancarai si kucing tersebut. Maka untuk mengetahui perasaan si kucing, kita dapat mencari narasumber yang kompeten terhadap dirinya, kita ambil contoh: dokter hewan.

Kita bisa mewawancarai dokter hewan terkait kejadian si Kucing yang menyeberangi jalan. Sedangkan dalam sesi wawancara, jika suatu kejadian perlu untuk diverifikasi seperti contoh kalimat di atas, maka si pembuat jurnal wajib membawa bukti (video, foto, atau tulisan) untuk dianalisis oleh narasumber terkait.

Dari ucapan dokter hewan tersebutlah si pembuat jurnal mendapatkan Fakta Opini terkait kejadian si Kucing yang menyeberangi jalan. Misal, contoh kalimatnya seperti ini: Kucing itu melenggang pelan menyeberangi jalan raya yang ramai dan bising. Ia merasa santai dan tidak takut oleh kendaraan yang tengah berlalu-lalang. “Mata serta gerak ekornya tidak menunjukan sikap panik. Jelas-jelas kucing ini merasa santai dan tenang saat menyeberangi jalan ramai tersebut,” jelas dr. Anu saat ditemui di kediamannya pada Jumat (7/10/2022).

Dari berita di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada sebuah kejadian seekor kucing yang begitu santainya menyeberangi jalan raya yang begitu ramainya. Situasi dan kondisi pada kejadian itu, seluruhnya didapatkan si pembuat jurnal melalui pengalamannya saat berada di lokasi. Sementara pengetahuannya tentang perasaan si kucing yang merasa santai, didapatkan dari hasil wawancara dengan dr. Anu.

Lantas, bagaimana cara membangun berita terkait kejadian tersebut?

PIRAMIDA TERBALIK

Piramida Terbalik menjadi analogi tentang penting atau tidaknya sebuah berita. Pada bentuk sebuah piramida, tentu ruang paling besar berada di bagian bawahnya, dan mengerucut—mengecil—ke bagian atasnya.

Dalam sebuah berita, ruang tersebut dianalogikan sebagai sebuah muatan, sehingga Piramida Terbalik berarti; muatan yang paling besar dibangun terlebih dahulu. Lain hal dengan kepenulisan novel atau skripsi.

Dalam novel, kejadian penting tidak dituturkan di awal. Umumnya klimaks ditulis saat menuju akhir atau bahkan di akhir cerita. Begitu pula di dalam skripsi. Hasil penelitian dibubuhkan di dalam bab IV, sementara muatan terkait latar belakang penelitian, metode yang digunakan, serta tinjuan pustaka dituturkan lebih dulu.

Berbeda dengan berita. Ibarat novel, klimaks dari sebuah peristiwalah yang membukanya. Ibarat skripsi, hasil penelitianlah yang menjadi awal kalimatnya. Umumnya, ini dikenal sebagai ‘Lead Berita’. Sebisa mungkin, unsur 5W+1H dapat dirangkum di sini dengan singkat, padat, dan jelas.

Barulah kemudian, latar belakang peristiwa, motif peristiwa itu terjadi, dan hal-hal yang terkait dengan bagaimana peristiwa itu terjadi, berada di akhir berita. Ini dikenal sebagai ‘Isi Berita’ dan ‘Ekor Berita’.

KONKLUSI

Sebuah berita dibangun oleh Fakta Empiris dan Fakta Opini. Sedang opini pribadi si pembuat jurnal tidak boleh terlibat di dalamnya. Maka sebaiknya, kata sifat saat membuat berita itu dihindari, jika kata sifat yang dimaksud bukan berasal dari sebuah Fakta Opini (hasil wawancara).

Tidak lupa juga, selain observasi (pembangun Fakta Empiris) dan wawancara (pembangun Fakta Opini), Riset Data juga penting untuk memperkuat ketajaman serta keakuratan sebuah berita.

Di dalam dunia akademisi, Riset Data umumnya dikenal sebagai Tinjauan Pustaka, yakni upaya si pembuat jurnal dalam mengumpulkan teori-teori dan/atau pernyataan seseorang yang kompeten di bidangnya, melalui sumber literasi.

Tinggalkan komentar

Atas ↑