EULOGI SPORADIS

Tak pernah aku dalam ribuan kali pun meminta kembalinya ruas-ruas itu: sesama bandit yang berdiri sejajaran, serumpun mimpi-mimpi yang dicerabut hingga ke akar-akarnya, bahkan sedarah yang jadi sorotan benderang tiap-tiap dalam koridor pekat di hadapanku.

Aku tak mengenal mimpi, karena dalam darahku mengalir bahasa-bahasa angkasa. Juga aku mengumpati pujian dari mulut topeng-topeng yang menutupi banyak tawa sejenis. Aku tak pernah meminta untuk mengadili, pun diadili, melalui putaran arah jarum jam, pun sebaliknya. Bahkan dengan mudahnya aku mengemisi kelemahan-kelemahan di tengah bunyi ledakan mesiu dari laras senapanku sendiri. Kenapa?

Sepanjang tahun, kutapaki hirupan napas terpanjang atas nama sesuatu yang mereka sebut ‘utopis’, dalam barisan pohon-pohon penghuni cagar alam, sekokohnya gemunung yang tak henti mengintai, serta sibakan ombak yang menderu karang-karang di pesisir pantai. Sedang yang kutuai adalah hinaan, lengkap dengan cemooh disertai selimut-selimut dingin yang menusuki seluruhnya tubuhku yang seorang ini.

Sepertinya malam ini akan sebegitu panjangnya. Aku baik-baik saja meski dimuslihati halimun yang menjadi dosa untuk kutiadakan. Benderang menjadi kesalahan, gulita adalah yang diagungkan. Aku tahu, bahkan sangat tahu, semua kata-kata mampu berlainan, semua tindakan patut dipertanyakan, dan semua pola adalah benderang itu sendiri, yang sejatinya diikat oleh sejarah. Maka tak heran manusia-manusia itu mengumumkan, “sejarah selalu berulang.” Namun sekali lagi, benderang adalah kesalahan dan bertanya adalah kecurigaan.

Aku kira, semua kehadiran ini adalah jawaban. Nyatanya masih juga berdiri ragu-ragu. Ah, tak ada yang benar-benar seperti apa yang diselimuti oleh kata-kata sebagai yang benar-benar. Filsafat tak sanggup menjawabnya. Ia hanya jadi mainan dalam sepanjang-panjangnya tidur.

Dan, Tuhan, aku merasa engkau begitu dingin. Seperti doa-doaku yang barangkali membeku di antara celah langit malam dan pagi, siang dan sore. Aku minta maaf, sungguh.

16 Juli 2020, 3.14 AM

Jalu Kancana

Tinggalkan komentar

Atas ↑